Rabu, 04 September 2013

Tangisan Tiara Sayang,


 20, Aug 2013
   Tak pernah terbayangkan nasibmu akan begini kawan, cerita yang selama ini ku dengar begitu indah dan kamu selalu bercerita penuh senyum dan tawa, namun sekarang ceritamu penuh air mata dan kesedihan. Sedihmu bisa ku rasakan kawan, perih hati mu terlihat dari tatapan mata mu. Tabahlah, pasti ada jalan dan kekuatan untukmu.
Maaf, kisah ini benar adanya. Teman saya panggil saja Tiara,
"hari ini aku sedih banget neng" kata Tiara sambil menghapus air matanya
"aku tau, dan aku ngerti apa yang kamu rasakan, jangan nangis ya,, karena nanti aku juga ikut nangis, heheh " hibur ku kepada Tiara.
"Hari ini aku harus mengakhiri hubungan yang selama 6 tahun kujalani, berat rasanya. aku g tau apa aku bisa terus kedepan lebih baik atau terus meredup seperti ini" ungkap Tiara
"Tiara,,, kamu harus sabar, apa yang kamu lakukan sekarang adalah jalan terbaik. Dan resikonya ya kamu harus menahan rasa sakit oleh kenangan mu bersama dia, jangan kamu sesali semua ini!!". Pintaku kepada Tiara.

Saya sangat dekat dengan Tiara, seperti saudara sendiri. Kemana-mana kami selalu bersama, hingga masalah  pacar pun kita sering curhat. dan saya sangat mengenal mereka berdua ( Tiara dan pacarnya ). Mereka telah menjalin hubungan selama kurang lebih 6 tahun. Memang dari awal hubungan itu sudah ada resikonya, mereka beda keyakinan, namun kebesaran cinta yang membuat mereka bertahan selama ini. Sebenarnya Tiara tidak cukup kuat untuk melakukan semua ini, meninggalkan orang yang sangat dia sayangi, yang menemani hari2nya. Tapi dia harus cepat mengambil keputusan, sebelum semakin lama semakin dekat  dan terus dengan keyakinan masing-masing.
"Ra,,, jangan nangis lagi ya,,, Tolong. Apa kamu sudah nanya, apakah dia mau ikut ke agamamu?"
Tiara belum cerita bahwa dia akan mutusin pacarnya sekarang, cuma selama ini hanya mengeluh, karena kuatir dengan hubungan mereka yang beda keyakinan.
" aku sudah nanya, tapi dia bilang tak bisa meninggalkan agamanya terlebih minta izin ke orang tuanya, dia g sanggup. aku g tahu harus gimana lagi" 
" yang penting sekarang kamu sudah ngomong baik2 sama dia dan dia juga sudah tahu alasan untuk keputusan mu. Apa tanggapan dia Ra?"
" Dia nangis saat aku minta putus, g kuat ku liatnya .Dia bisa terima tapi ku tahu hatinya berat, sama dengan apa yang ku rasakan. Aku putuskan untuk lebih banyak ngomongin masalah ini lewat telpon, karena g tega liat dia" Tiara semakin menjadi nangisnya,, mungkin karena dia teringat kenangan selama bersama.

  " Aku tak pernah meminta apapun yang lebih beharga dari hati nya, kebersamaan yang selama ini kami jalani adalah kenangan yang sangat indah bagiku, tak akan tergantikan dengan apapun. Aku tak pernah melihat kemarahan yang besar kepada ku kecuali dia yang akan memaki orang kalau aku disakiti atau ada orang yang menghina aku. hehee,,, dia itu sungguh unik. Orangnya cuek tapi kalau melihat aku sedih atau nangis karena diejek orang, atau karena masalah dengan teman dia langsung panik, dan terus mencari orang itu untuk dimarah-marahi. hmmm,,,, Dia juga mengajari ku untuk selalu menggunakan uang untuk yang paling kita butuhkan dahulu, dan jangan sekali-kali mencoba pinjam uang dengan rentenir atau apapun yang bersifat bunga kecuali Bank, itu pun boleh kalau terpaksa. Banyak nasehat, pelajaran yang aku dapat dari dia, orangnya selalu ceria dalam hari2 walaupun g ada uang, sabar mengahadapi aku kalau lagi marah. yaaahhh,,, itulah pribadi yang selalu membuat aku tenang, nyaman, dia jugalah orang yang selalu mengingatkan aku dengan hari kelahiranku. apa pun keadaannya dia tak akan lupa dan selalu dirayakan. Selalu tersedia kado untuk ku sekecil apapun itu.,,, kini semua itu hanya tinggal kenangan. Ya Allah kuatkan akuuu,,,," Tangis Tiara semakin menjadi setelah dia selesai menceritaka semua kenangan yang selama ini dia jalani bersama orang yang dia sayang. Hati saya semakin tidak kuat melihat keadaan Tiara dan membuat saya meneteskan air mata melihat kesedihan yang dia rasakan sekarang. Saya tak bisa berkata apa2 hanya memeluk erat tubuh Tiara yang terus bergetar karena tangisannya.
Tiara mulai lelah dengan tangisannya, dan memintaku untuk meninggalkannya sendirian dikamar. Dengan berat hati saya tinggalkan Tiara yang masih dalam kesedihan seperti ini.
Dia jauh berubah sekarang, wajahnya tidak seceria dulu, "jangan lupa sholat Tiara, banyaklah berdo'a" ungkap saya kepada tiara, untuk menguatkan hatinya, "iya,, makasih ya" jawabnya dengan anggukan dan senyum berat dari balik pintu yang kemudian perlahan dia tutup. Dengan berat saya melangkah pulang, seolah memberikan waktu untuk tiara beristirahat, walaupun saya yakin dia hanya akan terus menangis dalam kesendiriannya. " tabah kawan, Allah tau jalan sebenarnya" Do'a dalam hati saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar